LAPORAN 6
PRAKTEK
INSTALASI JARINGAN & KOMPUTER
“Subneting”
Oleh:
Nama : Riyo Syaputra
Nim :1102087
Prodi : Pendidikan Teknik
Elektronika
TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
A.
Tujuan
1. Memahami fungsi dan peranan protokol
pada jaringan komputer.
2. Mampu melakukan pengalamatan (IP
Address) pada komputer jaringan.
3. Mampu melakukan pengaturan Subnet mask
pada jaringan lokal.
4. Memahami fungsi Subnetting pada
jaringan komputer.
B.
Alat dan Bahan
1.
Personal Computer
2.
LAN Card / NIC
3.
Switch / Hub
4.
Kabel ethernet Straight
/ Trought
C.
Materi Teoritis
SUBNET MASK
Subnet mask adalah
istilah yang mengacu kepada angka biner 32
bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan
letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
Gambar
: Cara konfigurasi IP Address dan Subnet mask.
Penggunaan
sebuah subnet mask yang disebut address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang
digunakan untuk membedakan network
identifier dari host identifier
di
dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet
mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut :
· Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network
identifier diset ke nilai 1.
· Semua bit yang ditujukan agar digunakan
oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang
menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah
subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen
saja, baik subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas)
ataupun subnet mask yang dikustomisasi
(yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus
dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Ada
dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
· Notasi Desimal Bertitik
· Notasi Panjang Prefiks Jaringan
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam
notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP.
Setelah semua bit diset sebagai bagian
network identifier dan host
identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa
meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask
bukanlah sebuah alamat IP. Subnet
mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam
jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam
beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask
default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
alamat
IP www.xxx.yyy.zzz
subnet
mask www.xxx.yyy.zzz
Kelas
alamat Subnet mask (biner)
Subnet
mask (desimal)
Kelas
A 11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
Kelas
B 11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
Kelas
C 11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
Perlu
diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan,
saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting).
Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0
merupakan sebuah network identifier dari
kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan
8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan
digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam
subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya(255.255.255.0) yang
dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network
identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang
digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai
berikut:
138.96.58.0,
255.255.255.0
Representasi panjang prefiks (prefix length)
dari sebuah subnet mask
Karena
bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang
berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada
sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask
dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah
network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di
dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan
notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah
bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas
alamat
Subnet
mask (biner)
Subnet mask
(desimal)
Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
/8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
/16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0
/24
Sebagai contoh, network
identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat
direpresentasikan di dalam notasi prefix
length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena
semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network
identifier yang sama, maka semua host yang
berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier
yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh,
notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua
jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network
identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari
138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24
hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.0.254.
Menentukan alamat
Network Identifier
Untuk
menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah
subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi
matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND
comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang
diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai
true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan
prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang
diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai
yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara
ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan
32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi
bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan
subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat
IP 10000011 01101011 10100100
00011010 (131.107.164.026)
Subnet
Mask 11111111 11111111 11110000 00000000
(255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000
(131.107.160.000)
Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel
berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas A.
Subnetting
Alamat IP kelas B
Tabel
berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan
network identifier
kelas B.
Subnetting
Alamat IP kelas C
Tabel
berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas C.
Variable-length
Subnetting
Bahasan di atas
merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length
subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host
yang sama. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih
banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan
lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting
yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah
dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut
memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak
alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses
subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh
jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang
tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa
subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier
yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length
subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan
subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena
semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet
tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang
sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke
subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier
yang asli.
Teknik
variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet
yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat
dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang
sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap
segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak
jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan
menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan
secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan,
di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut
harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari
bit-bit host.
VLSM
(Variabel Length Subnet Mask) memungkinkan pembagian ruang IP address secara
rekrusif, contoh agregasi routingnya sebagai berikut :
D.
Langkah Kerja
1.
Siapkan beberapa buah
PC yang sudah terpasang NIC, kabel ethernet straight-trought dan switch/hub.
2.
Hubungkan
masing-masing PC ke switch/hub menggunakan kabel ethernet, seperti gambar
berikut :
3.
Lakukanlah
pengaturan IP Address dan Subnet mask masing-masing PC, sesuaikan dengan
kebutuhan konfigurasi pada evaluasi dan penugasan dibagian akhir jobsheet.
4.
Pengaturan dapat
dilakukan dengan cara mengklik Control Panel -> Network Connections akan
muncul gambar seperti di bawah ini.
5.
Klik
kanan gambar di atas, kemudian pilih disable. Kemudian klik kanan lagi gambar
di atas dan pilih properties, maka akan muncul gambar seperti di bawah ini. Klik ganda Internet
Protocol seperti pada gambar.
6.
Langkah
selanjutnya adalah isi IP Address dan Subnet mask. Sebagai contoh, komputer
yang terhubung pada jaringan komputer anda adalahh Range
IP address 192.168.0.1 dan
menggunakan subnet mask 255.255.255.0.
7. Klik OK. Kemudian klik 2x gambar no.1 di atas, maka LAN akan enable.
E.
Evaluasi dan Hasil Pratikum
1.
Membentuk kelompok dan
masing-masing kelompok membangun jaringan Dengan menggunakan
network 192.168.1.0/24 .
2.
Atur Netmask sebagai
berikut :
a.
Percobaan 1 = 255.255.255.0 = /24
b.
Percobaan 2 =
255.255.255.128 = /25
c.
Percobaan 3 =
255.255.255.192 = /26
d.
Percobaan 4 =
255.255.255.224 = /27
Percobaan 1 . Uji
Koneksi Untuk Netmask 255.255.255.0
No.
|
Kelompok
|
Uji Koneksi (ping)
|
Respon
|
|
Dari
|
Ke
|
|||
1.
|
A
|
192.168.1.2
|
192.168.1.1
192.168.1.3
192.168.1.4
|
Terkoneksi
|
2.
|
B
|
192.168.1.2
|
192.168.1.101
192.168.1.102
192.168.1.103
192.168.1.104
|
Terkoneksi
|
3.
|
C
|
192.168.1.2
|
192.168.1.151
192.168.1.152
192.168.1.153
192.168.1.154
|
Terkoneksi
|
4
|
D
|
192.168.1.2
|
192.168.1.201
192.168.1.202
192.168.1.203
192.168.1.204
|
Terkoneksi
|
Percobaan 2 . Untuk
Netmask 255.255.255.128
No.
|
Kelompok
|
Uji Koneksi (ping)
|
Respon
|
|
Dari
|
Ke
|
|||
1.
|
A
|
192.168.1.2
|
192.168.1.1
192.168.1.3
192.168.1.4
|
Terkoneksi
|
2.
|
B
|
192.168.1.2
|
192.168.1.101
192.168.1.102
192.168.1.103
192.168.1.104
|
Terkoneksi
|
3.
|
C
|
192.168.1.2
|
192.168.1.151
192.168.1.152
192.168.1.153
192.168.1.154
|
Tidak Terkoneksi
|
4
|
D
|
192.168.1.2
|
192.168.1.201
192.168.1.202
192.168.1.203
192.168.1.204
|
Tidak Terkoneksi
|
Ket
: Kelompok C dan D saling terkoneksi .
Percobaan 3 . Untuk
Netmask 255.255.255.192
No.
|
Kelompok
|
Uji Koneksi (ping)
|
Respon
|
|
Dari
|
Ke
|
|||
1.
|
A
|
192.168.1.2
|
192.168.1.1
192.168.1.3
192.168.1.4
|
Terkoneksi
|
2.
|
B
|
192.168.1.2
|
192.168.1.101
192.168.1.102
192.168.1.103
192.168.1.104
|
Tidak Terkoneksi
|
3.
|
C
|
192.168.1.2
|
192.168.1.151
192.168.1.152
192.168.1.153
192.168.1.154
|
Tidak Terkoneksi
|
4
|
D
|
192.168.1.2
|
192.168.1.201
192.168.1.202
192.168.1.203
192.168.1.204
|
Tidak Terkoneksi
|
Ket
: Hanya kelompok B dan C saling terkoneksi.
Percobaan 4 . Untuk
Netmask 255.255.255.224
No.
|
Kelompok
|
Uji Koneksi (ping)
|
Respon
|
|
Dari
|
Ke
|
|||
1.
|
A
|
192.168.1.2
|
192.168.1.1
192.168.1.2
192.168.1.3
|
Terkoneksi
|
2.
|
B
|
192.168.1.2
|
192.168.1.101
192.168.1.102
192.168.1.103
192.168.1.104
|
Tidak Terkoneksi
|
3.
|
C
|
192.168.1.2
|
192.168.1.151
192.168.1.152
192.168.1.153
192.168.1.154
|
Tidak Terkoneksi
|
4
|
D
|
192.168.1.2
|
192.168.1.201
192.168.1.202
192.168.1.203
192.168.1.204
|
Tidak Terkoneksi
|
Hanya
sesama anggota kelompok yang terkoneksi
Ø Hasil Praktikum dari DOS
Microsoft
Windows [Version 6.1.7601]
Copyright
(c) 2009 Microsoft Corporation. All
rights reserved.
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.1
Pinging
192.168.1.1 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.1: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.1: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.1: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.1: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.1:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.3
Pinging
192.168.1.3 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.3: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.3:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.4
Pinging
192.168.1.4 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.4:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.101
Pinging
192.168.1.101 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.101: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.101: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.101: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.101: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.101:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.102
Pinging
192.168.1.102 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.102: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.102: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.102: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.102: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.102:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.103
Pinging
192.168.1.103 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.103: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.103: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.103: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.103: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.103:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.104
Pinging
192.168.1.104 with 32 bytes of data:
Reply
from 192.168.1.104: bytes=32 time=1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.104: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.104: bytes=32 time<1ms TTL=128
Reply
from 192.168.1.104: bytes=32 time<1ms TTL=128
Ping
statistics for 192.168.1.104:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Approximate
round trip times in milli-seconds:
Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.151
Pinging
192.168.1.151 with 32 bytes of data:
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Ping
statistics for 192.168.1.151:
Packets: Sent = 4, Received = 0, Lost = 4
(100% loss),
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.204
Pinging
192.168.1.204 with 32 bytes of data:
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Ping
statistics for 192.168.1.204:
Packets: Sent = 4, Received = 0, Lost = 4
(100% loss),
C:\Users\TOSHIBA>ping
192.168.1.201
Pinging
192.168.1.201 with 32 bytes of data:
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Request
timed out.
Ping
statistics for 192.168.1.201:
Packets: Sent = 4, Received = 0, Lost = 4
(100% loss),
Ping
statistics for 192.168.1.204:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0
(0% loss),
Analisis
Hasil Praktikum
1.
Untuk netmask
255.255.255.0
Alamat
IP 11000000 10101000 00000001 00000001 (192.168.1.1)
Subnet
Mask 11111111
11111111 11111111 00000000 (255.255.255.0)
-------------------------------------------------------------- AND
Network Address 11000000
10101000 00000001 00000000 (192.168.1.0)
Broadcast Address
11000000 10101000 00000001 11111111(192.168.1.255)
Range
Address 192 . 168 . 1 . 0 192 . 168 . 1 . 255
Semua Host yg
ada pada jaringan akan terhubung.
Host Address 2h – 2
= 28-2
=
256 – 2
=
254
2.
Untuk
netmask 255.255.255.128
Alamat
IP 11000000 10101000 00000001 00000001 (192.168.1.1)
Subnet Mask 11111111 11111111 11111111
000000(255.255.255.128)
---------------------------------------------------------------
AND
Network Address 11000000 10101000 00000001 00000000
(192.168.1.0)
Broadcast Address
11000000 10101000 00000001 01111111 (192.168.127.)
Range
Address 192 . 168 . 1 . 0 192 . 168 . 1 . 127
Jumlah
segmen 2n = 21
= 2
Range
Address
1)
192.168.1.0 192 . 168 . 1 . 127
2)
192.168.1.128 192 . 168 . 1 . 255
Oleh karena itu, kelompok A dan B saling terkoneksi. Kelompok C dan D
juga saling terkoneksi
Host Address 2h – 2
= 27-2
= 128 – 2
= 126
3.
Untuk netmask
255.255.255.192
Alamat
IP 11000000 10101000 00000001 00000001 (192.168.1.1)
Subnet
Mask 11111111
11111111 11111111 110000 (255.255.255.192)
--------------------------------------------------------------- AND
Network Address 11000000 10101000 00000001 00000000
(192.168.1.0)
Broadcast Address
11000000 10101000 00000001 00111111 (192.168.63.)
Range
Address 192 . 168 . 1 . 0 192 . 168 . 1 . 63
Jumlah
segmen 2n = 22
= 4
Range
Address
1)
192.168.1.0 192 . 168 . 1 . 63
2)
192.168.1.64 192 . 168 . 1 . 127
3)
192.168.1.128 192 . 168 . 1 . 191
4)
192.168.1.192 192 . 168 . 1 . 255
Oleh karena itu hanya kelompok B dan
C yang saling terkoneksi, sebab berada pada satu jaringan
Host Address 2h – 2 = 26 - 2
= 64 – 2
= 62
4.
Untuk netmask
255.255.255.224
Alamat
IP 11000000 10101000 00000001 00000001 (192.168.1.1)
Subnet
Mask 11111111
11111111 11111111 111000(255.255.255.224)
--------------------------------------------------------------- AND
Network Address 11000000
10101000 00000001 00000000 (192.168.1.0)
Broadcast Address
11000000 10101000 00000001 00011111 (192.168.1.31)
Range
Address 192 . 168 . 1 . 0 192 . 168 . 1 . 31
Jumlah segmen 2n = 23
= 8
Range Address
1)
192.168.1.0 192 . 168 . 1 . 31
2)
192.168.1.32 192 . 168 . 1 . 63
3)
192.168.1.64 192 . 168 . 1 . 95
4)
192.168.1.96 192 . 168 . 1 . 127
5)
192.168.1.128 192 . 168 . 1 . 159
6)
192.168.1.160 192 . 168 . 1 . 191
7)
192.168.1.192 192 . 168 . 1 . 223
8)
192.168.1.224 192 . 168 . 1 . 255
Oleh
karena itu hanya yang berada ada satu kelompok saja yang terkoneksi , sebab
tidak ada kelompok yang berada pada satu jaringan.
Host Address 2h – 2 = 25 - 2
= 32 – 2
= 31
F.
Kesimpulan
1.
Subnet mask adalah
istilah yang mengacu kepada angka biner 32
bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID,
menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan
luar.
(Wikipedia)
2.
Setiap host di dalam sebuah jaringan
yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah
subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen
3.
Subnet
Mask berfungsi untuk mengetahui ‘kelompok’ (yang biasa disebut sebagai Network)
dari suatu IP
Fungsi Subnet adalah :
Ø Mengetahui alamat IP address
Ø Menentukan network Address
Ø Mengetahui broadcast address,
dan
Ø Menentukan banyak subnet
4.
Jumlah subnet
dipengaruhi oleh jumlah bit 1 yang bertambah pada oktet keempat pada netmask.
Semakin banyak jumlah bit 1 pada oktet keempat netmask maka semakin banyak
jumlah subnetnya.
5. Metode
yang dapat digunkan untuk merepresentasikanASubnet
Mask :
Ø Notasi Desimal Bertitik
Ø Notasi Panjang Prefiks Jaringan
0 komentar:
Posting Komentar